Petikan Pelajaran
Teringan
canda tawa saat senang ataupun berduka, saat semua merasakan perih satu orang
yang sejenak mengubah suasana hening menjadi sebuah tangis di dalam ruang itu. Mengingat
jasa dan perjuangan seorang ibu yang mampu memeberikan semangatnya kepada anaknya,
seuntai puisi yang dibacakan olehnya membuat hati bergetar seolah aku berada di
posisinya. Membuat orang-orang yang mendengarnya sedikit demi sedikit
meneteskan air matanya, mencoba mengingat kembali apa yang kita perbuat kepada
ibu kita, mengingat kembali kasih sayang yang tak pernah henti Beliau berikan
kepada kita. Dan tak sedikitpun beliau menginginkan balasan dari kita, beliau
ikhlas merawat kita. Mendidik membesarkan kita menjadi orang-orang yang
berhasil.
Kata
demi kata ia untai menjadi sebuah puisi. Setiap kata yang dia untai membuatnya
menangis. Mengingatkannya kembali pada sosok ibunya yang telah tiada. Saat dia
mulai mengungkapkan perasaannya lewat puisi itu, dia mulai menitikkan air mata,
saat puisi itu hampir selesai, dia sudah tak sanggup menahan tangis. Dia sangat
merindukan sosok ibu. Serentak pun semua yang ada diruang itu merasakan kesedihan
yang dia rasakan.
Sejenak
aku berfikir, tangguhkah aku menjadi dia? Seharusnya aku banyak bersyukur
karena aku masih diberi kesempatan merasakan kasih sayang seorang ibu sampai
sekarang. Kini aku sadar, tak akan mampu kita menandingi kasih seorang ibu.
I love you mom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar